Sekantong Harapan
- putrisenja
- May 29, 2018
- 2 min read

SEKANTONG HARAPAN
Sudah kumasukkan dalam kotak besi, lalu kulilitkan kawat aluminium yang diambil dari kandang Merpati, dan menyebabkan keduanya terbebas! Kini sepasang mataku terikat pada sang angin yang membawa kotak berharga itu menuju langit. Angin menari, mengangkatnya lebih tinggi dan tinggi lagi, pelan nan lembut ia menembus awan bagai membelah lautan kapas… Namun, BUMM, Terjatuh!
Terlalu berat dan berisi, angin berdesus lembut: “Biru langit enggan menerimanya, tak menyatu dengan semesta katanya…”
Kerikil di bawah kakiku terbelah menangis, ia mengasihani diriku yang mencoba berjuta kali tanpa balasan hasil. Kembali aku mengambil Kantong Harapanku yang merupakan satu-satunya hal berwarna di gubuk hitam putih ini…
Semua mereka yang ada disana sampai rumput dan lalatpun bangkit tuk melihat harta karun ini , namun diriku tergesa-gesa, tak berani menatap jam yang telah oleng berputar dengan kecepatan cahaya pada detik-detik seperti ini! Kupegang erat dalam pelukan dan pelan kupindahkan pada kotak kayu yang tak lain ialah hasil potongan atap gubuk sederhanaku, dan menyebabkan bocornya atap serta tumbuhnya bunga-bunga mungil karna air yang masuk.
Telah kukorbankan segalanya… tapi jika dipikir-pikir, tak peduli dengan semuanya. Dua buah tangan penuh kerutan dan luka ini, meraba kantong berisi harapan yang dulu dapat menumbuhkan beribu-ribu potongan senyum..
Angina sudah kembali berjalan membonceng kotak kayu berisik kantong Harapan, ia menatapku kosong, berusaha memastikan “Kali ini juga akan kecewa!” Entah bagaimana pemandangan tubuh kakek tua yang penuh ukiran cemas dan bermohon ini membuatnya melayang pergi. Diriku memohon pada sisa-sisa hati kumuh dan lecakku yang diinjak zaman, agar angina itu tak akan pernah kunjung kembali…
Tapi yang ada hanyalah kotak kayu tak sampai tujuan yang terlontar di seberang dua kaki… Disertai suara gema “Tak akan terjadi!”
Gubuk hitam-putihku runtuh… kasihan dirinya tak tahan melihat sorotan mataku yang diiris, dikunyah, dan ditelan kesedihan lalu ia muntahkan kembali karna terlalu pahit dan pedih
Tak sadarkan diri dalam gendongan angina diriku terbawa. Ia angina itu, yang telah lama membisu, yang berusia hamper sama atau lebih tua dariku. Untuk kali pertama aku sampai tujuan di langit biru. Saat diriku tersadar langsung aku menjerit “Tunggu! Lupa bawa kantong harapan… harapanku tertinggal dibawah!”
Sebelum diriku berhasil melompat kembali, angin menendang kawanan awan muda yang nongkrong di tengah jalan, dan setelah mereka diusir diriku baru mengerti. Alasan mereka berhenti di tengah jalan ialah tuk menikmati pemandangan terindah di semesta! Seketika dunia terpana!
Mungkingkah selama ini semua ilmuan salah? Mungkingkah sebenarnya inilah keajaiban dunia pertama? Diriku ikut mengambang dalam melodi fana, terpesona dengan keindahan yang mengikat pemandangnya…
Beribu kantong harapan beraroma bahagia! Memancarkan warna-warna cemerlang ceria pesaing pelangi. Kedua merpatiku pun ada disana, juga gubukku yang kini lebih menyerupai istana dihiasi bunga-bunga yang dulu sempat tumbuh di bawah sebuah atap bolong… Mengapa tak pernah diriku menikmati keindahan ini dibawah sana?!
Setiap kali bungkusan harapan kau kirimkan pada langit ia akan memberikan harapan lebih indah dengan bonus sepaket bahagia!, namun dirimu tak pernah mau menyadarinya, dank au habis kan masa muda tuk yang tiada.
Dari sela-sela rajutan awan aku mengintip ke bawah. Buah hatiku telah dewasa! Ia berdiri memandang langit, apakah ia melihatku?! Oh bukan bukan… Tatapannya kecewa, di tengah kedua tangannya terdapat sebuah kotak berisi sekantong harapan… yang tak sampai tujuan….
-putrisenja Dec 2017
(#bacasampaiakhir #ceritakata)
Comments